Friday 27 February 2015

SEJARAH PERGURUAN SATRIA NUSANTARA

SEJARAH PERGURUAN SATRIA NUSANTARA

DR. Drs. H. Maryanto (pendiri Satria Nusantara) dilahirkan pada tanggal 4 April 1962 di Kisaran, Sumatra Utara. Memiliki silsilah unik, yaitu pihak ibu berdarah campuran Batak-Cina dan pihak bapak berdarah campuran Jawa-Cina. Beliau sejak kecil siangkat oleh orang Jawa. Masa remaja sampai dewasa dibesarkan dilingkungan Muhammadiyah, Kauman Yogyakarta.

Sejak usia 11 tahun sudah hobi membaca dan belajar sendiri sesuatu yang berhubungan dengan bela diri dan pernafasan. Pernah berguru di berbagai perguruan seperti Prana Sakti, Sinar Putih, Tapak Suci, Yoga, Taichi dan Kungfu, Pernafasan aliran Jawa, Silat Stroom dsb.

Senang menggabungkan hasil penelitian ilmah di Barat, penalaran dan renungan diri serta apa yang dipelajarinya secara tradisional maupun bacaan. Bercita-cita menjadi seorang dokter sehingga banyak mempelajari ilmu kesehatan dan sejak usia 16 tahun sudah senang mengobati orang sakit. Latar belakang Muhammadiyah dan ilmu eksakta melengkapi pengembangan seutuhnya dirinya, sehingga terciptalah ilmu seni pernafasan Satria Nusantara yang diharapkan dapat dipertanggung jawabkan dari sudut agama, kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Kemudian mendirikan Perguruan Beladiri Tenaga Dalam Satria Nusantara pada tanggal 31 Agustus 1985 di Yogyakarta yang satu tahun kemudian disempurnakan dalam bentuk badan hukum Yayasan dengan amal usaha yang sekarang disebut Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara.

Nama Satria Nusantara diambil dari gabungan kata-kata / bahasa sansekerta, yaitu :
Sat (enam), Tri (tiga), A (daya/ kekuatan), Nusa Antara (nusanara=gabungan dari berbagai ilmu kesehatan, ilmu pengetahuan dll).
Jadi ilmu satria nusantara adalah ilmu pengembangan enam indra manusia dengan tiga kekuatan yaitu: nafas, jurus, dan konsentrasi/ dzikir yang asal usulnya dari gabungan berbagai aliran ilmu, diseleksi dengan filter agama, kesehatan, pengetahuan dll sebatas kemampuan penalaran, wawasan, penelitian, dan percobaan beliau sebagai manusia.
 

0 komentar:

Post a Comment